Senin, 10 Desember 2012

interaksi sosial


BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Salah satu sifat manusia adalah sebagai makhluk social disamping sebagai makhluk individual. Sebagai makhluk individual manusia mempunyai dorongan atau motif untuk mengadakan hubungan dengan dirinya sendiri, sedangkan sebagai makhluk social manusai mempunyai dorongan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain, manusia mempunyai dorongan social.
 Dengan adanya dorongan dan motif social pada manusia, maka manusia akan mencari orang lain untuk mengadakan hubungn atau untuk mengadakan interaksi. Dengan demikian maka akan terjadilah interaksi antara manusia satu dengan manusia yang lain.
B.     Rumusan Masalah
1.      Pengertian interaksi social
2.      Factor-faktor yang mendasari berlangsungnya interaksi social
3.      Proses sosialiasai
4.      Ciri-ciri dan peranan situasi kelompok socialterhadap individu dan sebaliknya.
C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian interaksi social
2.      Untuk mengetahui factor-faktor yang mendasari berlangsungnya interaksi social
3.      Untuk mengetahui bagaimana proses sosialisasi
4.      Untuk mengetahui ciri-ciri dan peranan situasi kelompok social terhadap individu dan sebaliknya.



BAB II
INTERAKSI SOSIAL
A.    PENGERTIAN INTERAKSI SOSIAL
Interaksi social adalah hubungan antara individu satu dengan individu lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, jadi terdapat adanya hubungan yang saling timba balik. Hubungan tersebut dapat antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok.
Didalam interaksi social ada kemungkinan individu dapat menyesuaikan dengan yang lain, atau sebaliknya. Pengertian penyesuaian disisi dalam arti yang luas, yaitu bahwa individu dapat meleburkan diri dengan keadaan disekitarnya, atau sebaliknya individu dapat mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan dalam diri individu, sesuai dengan apa yang diinginkan oleh individu yang bersangkutan.
Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa antara lingkungan dan individu terjadi interaksi satu dengan yang lain nya, sehingga perilaku individu tidak dapat lepas dari lingkungan, dan keadaan ini diformulasikan sebagai B=f(O→E) seperti telah dijelaskan pada bagian depan.
Formulasi yang lain dikemukakan oleh Bandura (1977) gambaran ini lebih jelas tentang hubungan antara individu dengan lingkungannya dan individu dengan dirinya sendiri. Formulasi ini memberikan pengertian bahwa perilaku seseorang akan dapat mempengaruhi lingkungannya, tetapi juga dapat mempengaruhi individu yang bersangkutan. Dalam interaksi social formulasi ini mempunyai arti yang lebih bermakna daripada formulasi yang terdahulu. Formulasi B=f(O→E) hanya memandang tentang timbulnya atau corak dari perilaku itu, sedangkan formulasi bandura menunjukkan bagaimana peran perilaku terhadap lingkungan dan dirinya sendiri. Dengan demikian dalam memandang perilaku dalam interaksi social tidak lagi unidirectional tetapi bidirectional dalam arti bahwa perilaku juga dapat sebagai interactional determinant.
Interakasi yang kelihatanya sangat sederhana, sebenarnya merupakan suatu proses yang cukup kompleks. Memang kalau  dilihat dari teori insting yang dikemukakan oleh McDougall (lih. Baron dan Byrne, 1984), manusia itu secara instingtif akan berhubungan satu dengan yang lain ( lih. Crider, dkk. 1983). Namun perilaku dalam interaksi social tidak sesederhana itu, tetapi perilaku itu didasari oleh berbagai factor psikologis lain. Seperti dikemukakan oleh Floyd Allport (lih. Baron dan Byrne, 1984) bahwa perilaku dalam interaksi social ditentukan oleh banyak factor termasuk manusia lain yang ada di sekitarnya dengan perilaku yang spesifik. Walaupun demikian tentang factor yang mendasari perilaku dalam interaksi social diantara para ahli belum dapat kata yang menyatu.

B.     FAKTOR-FAKTOR YANG MENDASARI BERLANGSUNGNYA INTERAKSI SOSIAL
1.      Faktor imitasi
Factor ini telah diuraikan oleh Gabriel Tarde yang beranggapan bahwa seluruh kehidupan social itu sebenarnya berdasarkan pada factor imitasi saja. Walaupun pendapat ini berat sebelah, namun peranan imitasi dalam interaksi social itu tidak kecil. Terbukti misalnya pada anak-anak yang sedang belajar bahasa, seakan-akan mereka mengimitasi dirinya sendiri, mengulang-ulangi bunyi kata-kata, melatih fungsi-fungsi lidah, dan mulut untuk berbicara. Kemudian ia mengimitasi kepada orang lain, dan memang sukar orang belajar bahasa tanpa mengimitasi orang lain, bahkan tidak hanya berbahasa saja, tetapi juga tingkah laku tertentu, cara memberi hormat, cara berterima kasih, cara memberi isyarat, dan lain-lain kita pelajari pada mula-mulanya mengimitasi. Juga cara berpakaian, adat istiadat, dan konvensi-konvensi lainnya factor imitasilah yang memegang peranan penting.
Peranan factor imitasi dalam interaksi social seperti diatas juga mempunyai segi-segi negative, yaitu:
·         Mungkin yang diimitasi itu salah, sehingga menimbulkan kesalahan kolektif yang meliputi jumlah manusia yang besar.
·         Kadang-kadang orang yang mengimitasi sesuatu tanpa kritik, sehingga dapat menghambat perkembangan kebiasaan berfikir kritis.
2.      Factor Sugesti
Yang dimaksud sugesti ialah pengaruh psikis, baik yang dating dari dirinya sendiri maupun dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya daya kritik. Karena itu dalam psikologi sugesti ini dibedakan adanya:
·         Auto-sugesti, yaitu sugesti terhadap diri yang datang dari dirinya sendiri.
·         Hetero-sugesti, yaitu sugesti yang datang dari orang lain.

a.      Sugesti karena hambatan berfikir
Pada umumnya apabila orang terkena kesan atau stimulus yang bersifat emosional tidak dapat lagi berfikir secara baik atau secara kritis, sehingga dengan demikian akan mudah menerima apa yang akan dikemukakan oleh orang lain.
b.      sugesti karena keadaan pikiran terpecah belah ( dissosiasi)
orang itu akan mudah juaga menerima sugesti dari orang lain apabila kemampuan berfikirnya terpecah belah.
c.       Sugesti karena mayoritas
Dalam hal ini orang akan mempunyai kecendrungan untuk menerima suatu pandangan, pendapat atau norma-norma, dan sebagainya, apabila norma-norma itu mendapatkan dukungan orang banyak atau mayoritas, dimana sebagian besar dari kelompok atau golongan itu memberikan sokongan atas pendapat, pandangan-pandangan tersebut.
d.      Sugesti karena minoritas
Dalam hal ini orang mempunyai kecendrungan bahwa akan mudah menerima apa yang dikemukakan oleh orang lain itu apabila memberikan itu mempunyai otoritas mengenai masalah tersebut.
e.       Sugesti karena Will to believe
Orang yang ada dalam keadaan ragu-ragu akan mudah menerima sugesti dari pihak lain. Dengan demikian sugesti itu akan lebih meyakinkan tentang pendapat yang telah ada padanya yang masih dalam keadaan samar-samar.
3.      Factor Identifikasi
Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun secara bathiniah. Proses identifikasi mula-mulanya berlangsung tidak sadar kemudian irrasional, yaitu berdasrkan perasaan-perasaan atau kecendrungan-kecendrungan dirinya yang tidak diperhitungkan secara rasional, dan ketiga identifikasi berguna untuk melengkapi system norma-norma, cita-cita dan pedoman-pedoman tingkah laku orang yang mengidentifikasi itu.
4.      Faktor Simpati
Simpati adalah perasaan tertarik orang yang satu terhadap orang lain. Simpati timbul berdasarkan penilaian perasaan seperti juga pada proses identifikasi. Bahkan orang dapat tiba-tiba merasa tertarik kepada orang lain dengan sendirinya karena keseluruhan cara-cara bertingkah laku menarik baginya.
Proses simpati dapat pula berjalan secara perlahan-lahan secara sadar dan cukup nyata dalam hubungan dua atau lebih orang. Misalnya hubungan cinta kasih antara manusia, biasanya didahului dengan hubungan simpati.
Perbedaanya dengan identifikasi, dorongan utamanya adalah ingin mengikuti jejak. Mencontoh dan ingin belajar. Sedangkan simpati, dorongan utama adalah ingin mengerti dan ingin kerjasama.
Dengan demikian simpati hanya akan berlangsung dan berkembang dalam relasi kerja sama antara dua orang atau lebih, bila terdapat saling pengertian.
Tokoh-tokoh teori individualisme, ADAM SMITH (1759) dan HEBERT SPENCER (1870) juga menerangkan prinsip-prinsip simpati untuk menerangkan tindakan-tindakan yang tidak semata-mata mengejar keuntungan sendiri atas dasar pikiran, tetapi juga dikemudikan oleh simpati terhadap orang lain yang tanpa itu sebenarnya kehidupan social itu tidak mungkin ada.
Adam smith membedakan 2 bentuk dasar daripada simpati:
a.    Yang menimbulkan respons yang cepat hampir seperti reflex.
b.   Yang sifatnya lebih intelektual kita dapat bersimpati terhadap seseorang, meskipun  kita tidak merasakan sebagai yang ia rasakan.
MAX SCHELER membagi simpati dalam 8 bentuk. Ke-1 sampai 3 adalah tingkatan simpati  yang rendah, yang dinyatakan sebagai pseudo sympathy.
a.       Einfuhlung
b.      Meitenander fuhlung
c.       Gefuhls anstechung
d.      Einsfuhlung
e.       Nachfuhlung
f.       Mitgefuhl
g.      Menshenliebe
h.      Akomische person und gottes liebe

C.    PROSES SOSIALISASI
Interaksi adalah masalah yang paling unik yang timbul pada diri manusia. Interaksi di timbulkan oleh bermacam-macam hal yang merupakan dasar dari peristiwa social yang lebih luas. Kejadian-kejadian di dalam masyarakat pada dasarnya bersumber pada interaksi antara individu dengan individu dapat dikatakan bahwa tiap-tiap orang dalam masyarakat adalah sumber-sumber dan pusat efek psikologis yang berlansung pada kehidupan orang lain.
Artinya tiap-tiap orang itu dapat merupakan sumber dan pusat psikologis yang mempengaruhi hidup kejiwaan orang lain, dan efek itu bagi tiap orang tidak sama.
Interaksi ini dapat di bedakan 2 macam,
1.      Interaksi antara benda-benda, bersifat statis, member respons terhadap tindakan-tindakan kita, bukan terhadap kita dan timbulnya hanya satu pihak saja yaitu pada orang yang melakukan perbuatan itu.
2.      Interaksi antara manusia dengan manusia, bersifat dinamis, member respons tertentu pada manusia lain, dan proses kejiwaan yang timbul terdapat pada segala pihak yang bersangkutan.
Misalnya: melihat orang menanggis, hal itu dapat mengetahui bahwa orang itu susah/ sedih. Maka dalam hal ini timbullah suatu ajaran yang terkenal dengan: Inteference doctrine. Menurut ajaran ini tiap orang mempunyai pengalaman dan kesadaran sendiri yang berwujud pikiran,perasaan, kemauan dan sebagainya. Pengalaman-pengalaman kejiwaan ini adalah penting dan sebagai dasar untuk mengenal kesadaran yang dialami oleh orang lain.
Kelemahan-kelemahan terhadap interference doctrine
1.      Dalam kenyataannya sering kita mengetahui psikologi orang lain secara langsung tanpa melakukan interference.
2.      Inteferenci doctrin menganggap bahwa kita mengamati kejadian dalam diri kita sendiri dengan cara seperti pengamatan pada orang lain.
3.      Bila kita bersendi pada ajaran interference-doctrin ini maka kita tidak mungkin bisa menangkap pengalaman orang lain yang belum pernah kita alami.
Selanjutnya walaupun ajaran stimulus respons theory mempunyai nilai yang lebih positif, dalam arti ajaran ini memusatkan pada hubungan yang terjalin antara tindakan orang lain, namun terdapat juga kelemahannya. Sebab ajaran ini menganggap manusia hanya sebagai mesin reaksi, sehingga tidak mengakui adanya understanding.
D.    CIRI-CIRI DAN PERANAN SITUASI KELOMPOK SOSIAL TERHADAP INDIVIDU DAN SEBALIKNYA
1.      Eskperimen situasi kebersamaan F.H. Allport (1916-1919)
Dalam eksperimen ini ternyata bahwa situasi kebersamaan itu,pada diri nya sendiri sudah dapat mempengaruhi tingkah laku manusia dengan cara demikian. Sehingga menjadi berlainan dibandingkan dengan tingkah laku manusia itu dalam keadaaan kesendirian.
Eksperimen tersebut diadakan terhadap mahasiswa-mahasiswa dan mahsiswi-mahasiswi yang diminta untuk menyatakan pendapatnya tentang rangsangan-rangsangan terdiri atas cairan-cairan dalam botol yang mempunyai bermacam-macam baunya, yaitu 10 variasi dan cairan yang bau sekali sampai kepada yang harum.
Jadi, dalam eksperimen ternyata bahwa situasi kebersamaan itu pada dirinya sendiri mempunyai akibat menghilangkan penilaian-penilaian yang ekstrim pada orang-orang yang turut serta dalam keadaan kebersamaan itu, dengan kata lain keadaan tersebut mempunyai pengaruh lebih menyamaratakan penilaian-penilaian tersebut.
Dari eksperimen Allport ternyata bahwa situasi social pada diri sendiri(an sich) sudah mempunyai pengaruh tertentu terhadap kegiatan-kegiatan individu dibandingkan dengan kegiatan-kegiatannya yang sama apabila dalam keadaan sendirian yaitu bahwa situasi kebersamaan mempunyai pengaruh menyamaratakan pendapat-pendapat orang yang terlibat didalamnya. Hal ini sesuai dengan beberapa pendapat dalam sejarah perkembangan ilmu jiwa social.

2.      Eksperimen rosenbaum dan blake
Eksperimen ini dilakukan untuk menyelidiki akibat dari suatu sikap dan tignkah laku yang dinytakan oleh sesorang didalam keadaan kebersamaan terhadap sikap dan tingkah laku orang lain dalam keadaan tersebut apabila menghadapi persoalan yang sama. Dengan kata lain, mudah atau tidakah terjadi imitasi dalam keadaan kebersamaan itu.
Dalam keadaan kebersamaan orang-orang mudah mengimitasi sebuah contoh  ( mudah terkena pengaruh sugesti dari contoh) hasil-hasil ini lebih berarti apabila kita melihat dari hasi percoabaan control dimana ternyata bahwa tanpa contoh itu terdapat keragu-raguan kecendrungan nya yang menjadi kecendrungan umum.
Dari eksperimen resenbaum dam blake ternyata bahwa situasi togetherness itu, sebagai bentuk situasi social, dan sikap keragu-raguan individu mengenai apa yang harus ia lakuakan, sangat memudahkan terjadi nya imitasi dan sugesti terhadap tingkah laku orang dalam keadaan yang sama.

3.      Eskperimen Asch
Eksperimen asch (1952) akan nyata betapa peranan sugesti dalam situasi social pada umumnya dan didalam situasi keadaan kebersamaan pada khusunya. Dalam pada itu diteliti antara lain peranan dari sugesti mayoritas.
Dalam eksperimen-eksperimen Acsh ini terdapat tiga variable:
a.       Jumlah mayoritas
b.      Jumlah minoritas
c.       Taraf kesukaran tugas.
Dari asch ternyata bahwa pengaruh sugesti (mayoritas) terhadap penilaian individu dalam keadaan kebersamaan itu besar apabila individu itu ragu-ragu dalam penilaian nya. Sugesti (mayoritas) tidak berpengaruh apabila individu dengan jelas mengetahui apa yang harus ia lakukan. Pengaruh sugesti dalam keadaan tadi akn diperkecil apabila terdapat pula sugesti minoritas yang berlawanan dengan sugesti mayoritas dalam keadaan yang sama.
BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Didalam interaksi social ada kemungkinan individu dapat menyesuaikan dengan yang lain, atau sebaliknya. Pengertian penyesuaian disisi dalam arti yang luas, yaitu bahwa individu dapat meleburkan diri dengan keadaan disekitarnya, atau sebaliknya individu dapat mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan dalam diri individu, sesuai dengan apa yang diinginkan oleh individu yang bersangkutan.
Factor-faktor yang mendasari berlangsungnya interaksi social adalah : factor imitasi, factor sugesti, factor identifikasi, factor simpati dan ajaran evolusionisme.
Didalam proses sosialisasi, tiap-tiap orang itu dapat merupakan sumber dan pusat psikologis yang mempengaruhi hidup kejiwaan orang lain, dan efek itu bagi tiap orang tidak sama.
Cirri-ciri dan peranan situasi kelompok social terhadap individu dan sebaliknya kemukakan melalui eksperimen situasi kebersamaan F.H. Alport(1916-1919), ekperimen rosenbaum dan blake dan eksperimen asch.

B.     SARAN
Berdasarkan makalah yang kami buat, mungkin ada tambahan-tambahan untuk mengisi kekurangan-kekurangan dalam makalah ini. Saran dari semuanya akan kami kumpulkan untuk memberi semangat dan acuan dalam penulisan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi. 2007. Psikologi Social. Jakarta: Rineka Cipta.
Bimo Walgito.2003. Psikologi Social (Suatu Pengantar). Yogyakarta: ANDI.


1 komentar:

  1. Slots, Casino & Events - Mapyro
    The world's 오산 출장샵 largest collection of slot machines. 김해 출장샵 Explore over 70 titles and 1,200 unique choegocasino slot machines at Mapyro. 영천 출장마사지 Slot machines - 통영 출장마사지 A Quick Answer.

    BalasHapus